Senin, 04 Januari 2010

Santri Luar Biasa; Santri Pembelajar [2]


Menjadi santri pembelajar adalah menjadi santri yang terus mengambil hikmah dari setiap perjalanan kehidupannya. Baginya, belajar bukan cuma di sekolah atau pun lembaga formal saja, melainkan dalam setiap jejak langkahnya. Hal ini menerapkan salah satu hadis nabi yang berbunyi, uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi, Tuntutlah ilmu dari buaian sampai keliang lahat.

Dalam hal ini, saya sangat apresiatif sekali dengan perjalanan menulis Hernowo, penulis buku Mengikat Makna Update. Dalam sambutan buku tersebut, Haidar Bagir, presiden director Kelompok Mizan, menuliskan perjalanan pembelajaran menulis dan membaca Hernowo yang dimulai dari umur 40 tahun.

“Ketika memberi pengantar dalam buku Mengikat Makna edisi awal, sekitar delapan tahun lalu, saya memulainya dengan mengatakan bahwa, bagi saya, Hernowo adalah sebuah monumen. Monumen yang menandai kebenaran bahwa tak ada batas pengembangan diri bagi makhluk yang bernama manusia. Saya mengikuti dari waktu ke waktu betapa sahabat saya, meski memang sudah bertabiat reflektif sejak awalnya, bermetamorfosa dari seorang mahasiswa pintar dan ngepop yang tak bisa dibilang amat fasih berbicara, tak juga terampil dalam menulis untuk mengungkapkan dirinya, menjadi bukan saja seorang pelahap buku-buku apa saja dan penulis yang amat prolifik bahkan menjadi pelatih kemampuan baca-tulis yang amat fasih, nyaris tak ada bandingnya di negeri ini.

Tetapi Hernowo tak berhenti di situ. Semangatnya yang luar biasa justru setelah umurnya melewati 40 tahun. Concern-nya yang amat besar kepada pencarian kebenaran dan makna hidup telah menjadikannya seorang pemikir yang mendalam. Meski tanda-tandanya sudah tampak di sana-sini dalam buku-bukunya sebelum ini, di dalam Mengikat Makna Update ini Hernowo telah naik bahkan lebih tinggi lagi. Jika dalam Mengikat Makna edisi awal, makna dipahami dalam artinya yang sedikit banyak lebih bersifat literal-lahiriah (eksotik), dalam edisi update-nya ini orang, tidak bisa tidak, akan melihat bahwa konsep yang sama bagi Hernowo telah berubah wujud menjadi lebih bersifat batiniah (esoterik). Dari sebuah monumen kerja keras pengembangan diri, Hernowo telah bermetamorfosa menjadi seorang “sufi” baca tulis.
Mari terus belajar!

0 komentar:

Posting Komentar