Kamis, 05 November 2009

Who Am I?

Judul ini terinspirasi dari sebuah layar emas yang diperankan oleh Jacky Chan (salah satu aktor china yang terkenal) dalam filmnya yang berjudul "WHO AM I" ,yang artinya "Siapakah Aku..", Saya akan mencoba mengawali tulisan saya ini dengan judul yang saya ambil dari film tersebut yaitu sebuah pertanyaan yang mungkin tak asing lagi ditelinga kita. Sebuah kata yang menyangkut dan menjadi beban dipikiran setiap orang yang ingin mengetahui eksistensi dirinya masing masing.

Siapakah aku ...? Sebagaimana judul yang saya ambil, saya ingin mengingatkan kepada kita semua, untuk melihat kembali diri kita masing-masing sebagai makhluk paripurna yang sengaja diciptakan oleh Allah sebagai khalifah dalam menjalankan titah-Nya dimuka bumi. Dibandingkan dengan ciptaan Tuhan lainnya, manusia adalah yang paling sempurna. Kesempurnaan diri dilihat dari kelengkapan sisi-sisi manusia itu sendiri, yaitu adanya kebaikan dan keburukan.

Ada sisi yang kuat, ada pula sisi yang lemah. Manusia sebagai makhluk penuh potensi diri, harus selalu bertumbuh menuju aktualisasi dirinya. Manusia harus mengenali kedua sisi tersebut sebaik-baiknya. Sebab, mengenali diri sendiri adalah dasar dari tindakan-tindakan untuk meraih sebuah cita-cita yang besar.

Pernahkah kita berfikir, bahwa tidak akan ada dua manusia yang sama persis si dunia ini? Saya yakin, kita pasti bertanya-tanya tentang bagaimana dengan anak kembar. Cobalah Perhatikan, ternyata anak kembar sekalipun sifat dan kesukaan mereka berbeda, walaupun wajah keduanya sangat mirip. Setiap orang memiliki keistimewaan dan bakat yang berbeda.

Mengenal cara menemukan bakat, saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan oleh Rick Warren (penulis buku Purpose Driven Live) bahwa kita harus menanyakannya kepada Sang Pencipta. Ini sangat wajar karena sebagai Sang Pencipta, Dialah yang paling mengetahui dalam bidang apa kita harus berkarya di muka bumi ini.

Hal ini sama persis dengan seorang pencipta sebuah alat yang mengetahui secara persis bagaimana cara menggunakan atau mengoperasikan alat tersebut sehinggan memiliki kinerja yang maksimal. Untuk itu, kita harus tekun berdoa dan bertanya kepada Tuhan mengenai kehendak-Nya bagi hidup kita. Melalui ayat-ayat Nya dalam kitab suci kita dapatmerenungi segala ciptaan-Nya dan selalu mengingat serta berzikir kepada-Nya. Itu adalah beberapa usaha nyata yang bisa kita lakukan, agar kita tahu dan yakin terhadap bakat yang kita miliki.

Selain itu ada sejumlah cara, metode, atau alat bantu yang bisa digunakan untuk menemukan talenta kita. Saudara-saudara yang berprofesi sebagai psikologi dapat sangat membantu dalam hal ini meskipun tidak selalu akurat. Dr. John C Maxwell pernah mengajarkan sebuah pendekatan untuk menemukan talenta seseoarang. Maxwell menyarankan agar kita mencari bidang pekerjaan yang membuat kita bergairah (passion) atau bidang keahlian kita yang paling menonjol (strength).

Coba kita perhatikan lingkungan sekitar kita. Ada orang yang dilahirkan dengan tingkat kecerdasan (IQ) yang jenius, superior, rata-rata dan di bawah rata-rata. Mungkin kita memiliki teman yang biasa-biasa saja, namun justru sukses berbisnis. Bahkan mungkin ada teman kita yang pintar dan sukses dalam studinya, namun ia gagal dalam kehidupannya. Ia melamar pekerjaan kesana kemari, namun tidak juga mendapatkannya. Semua orang bisa sukses, bergantung pada caranya bersikap, berkepribadian dan berusaha mengasah talentanya dalam menghadapi persaingan hidup yang semakin keras.

Setiap manusia diberikan keunikan masing-masing. Keunikan inilah yang memberikan kelebihan kepada kita. Popularitas tidaklah menunjukan seseorang itu lebih baik. Setiap orang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Jangan iri dan kecewa jika orang lain memiliki keunggulan dalam bidang tertentu karena sesungguhnya kita juga memiliki keunggulan yang berbeda.

Para sahabat Rasulullah SAW pun memiliki keunikan masing masing. Lihatlah Umar ra dan Abu Bakar ra. Keduanya tidak memiliki karakter yang sama meskipun sama-sama termasuk manusia unggulan setelah para nabi. Keduanya berbeda, tetapi dua-duanya unggul. Umar ra dikenal sebagai tokloh yang keras dan tegas, sedangkan Abu Bakar ra dikenal sebagai seseorang yang lembut dan penuh perasaan.

Bilal dikenal karena suara merdu dan konsistennya. Salman Alfarisi masyhur dengan kemampuannya sebagai arsitek ulung. Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai Pedagang yang sukses. Ali ra dikenal sebagai pintu ilmu dan masih banyak contoh lainnya. Yang jelas kita bisa melihat bahwa mereka adalah orang-orang unggul dengan keunikannya masing-masing.

Kita pun demikian, Kita memiliki keunikan yang menjadikan kita sebagai manusia unggul. Tidak jarang seseorang menjadi rendah diri saat ia tahu dan melihat keunggulan orang lain. Padahal sesungguhnya ia bukanlah orang yang tidak memiliki kelebihan, melainkan belum menggali potensi yang ada pada dirinya. Kita semua memiliki keunikan. Oleh karena itu, menjadi besarlah dengan keunikan yang kita miliki.

Ada pepatah mengatakan "Bahwa orang berbeda itu bukan berarti sukses, namun orang sukses itu sudah pasti berbeda ". Nah kita terkadang selalu beranggapan bahwa perbedaan suku, budaya, agama, ras maupun jenis merupakan faktor-faktor yang mengakibatkan kita sulit untuk berkembang dan maju. Ternyata hal tersebut bukanlah faktor kegagalan yang kita alami, melainkan pola pikir yang kian menyalahkan diri tatkala kita mengalami kegagalan. Semoga kita dapat memacu potensi diri kita, untuk hidup dalam lingkungan yang benar-benar hidup untuk maju!!! Amin.

Muhammad Nur adalah Alumnus PP.Ar-Raudhatul Hasanah Medan, Sumatera Utara. Kini dalam masa pengabdian di Ma'had sebagai guru B.Inggris dan juga staff Pengasuhan Santri. Gemar dalam dunia kepenulisan, diskusi dan kegiatan ekstrakulikuler di ponpes. Sedang mendalami dunia kepenulisan dan motivasi. Ia dapat dihubungi melalui via email di muhammad[dot]nur609[at]yahoo[dot]co[dot]id atau muhammad[dot]nur1809[at]hotmail[dot]com atau di nomor 081396856500

6 komentar:

Anonim mengatakan...

alhamdulillah, telah bertambah seorang penulis hebat dari kalangan orang-orang terdekatku..
ini adalah awal yang baik. tulisan yang sarat dengan makna dan juga pelajaran.

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
El-Ahmady mengatakan...

thanks saudaraku atas komentarnya,semoga kita dapat menjadi muslim yang excellent untuk kedepannya,dan saya juga mohon doa,agar saya dapat exsist dalam dunia kepenulisan yang baru saya jelajahi ini.

Bahauddin Amyasi mengatakan...

Membaca posting di atas, saya tiba-tiba teringat apa yang pernah didengungkan pepatah arab:
"laisa al-fataa man yaquulu hadza abi, wa lakinna al-fataa man yaquulu ha ana dza!"

Ini saya, Bung! Begitu kira-kira 'kasarannya". Haha..
Salam akrab, sobat. Upgrade your spirit! Saya tunggu di gubuk kecilku..

Unknown mengatakan...

syukron akh,semoga menjadi support bagi saya untuk trus berkembang dan menghasilkan karya-karya yang berkualitas,
oh ya akh bahauddin!antumkan dah berpengalaman ,bolehkah antum menyalurkan sebagian ilmu antum kepada ane yang terbilang masih "bau kencur" didunia kepenulisan ini!!
jazakumullah!

Anonim mengatakan...

ustad

Posting Komentar